https://www.vhsnutznboltz.org/

Dulu, kemewahan itu identik dengan logo besar, perhiasan mencolok, atau mobil sport warna mencolok yang bisa bikin satu kota noleh. Tapi sekarang, tren itu mulai bergeser. Orang-orang kayayang benar-benar kaya, bukan sok kaya justru memilih tampil lebih sederhana. Inilah yang disebut dengan Quiet Luxury alias kemewahan diam-diam.

Jadi, Apa Itu Quiet Luxury?

Quiet Luxury adalah gaya hidup yang mengedepankan kualitas, bukan pamer. Mereka yang menganut gaya ini tetap memakai barang mahal, tapi tanpa logo mencolok. Bayangin aja pakai jaket kasmir seharga puluhan juta, tapi tanpa ada label brand-nya yang besar-besar. Cuma orang tertentu yang tahu nilainya, dan itu cukup buat pemakainya.

TRISULA88

Konsep ini mirip dengan pepatah lama: “Money talks, wealth whispers.” Orang kaya beneran nggak butuh validasi dari publik. Buat mereka, kenyamanan, kualitas, dan desain elegan lebih penting daripada sekadar menunjukkan status.

Gaya Hidup yang Lebih Tenang dan Eksklusif

Kalau dilihat dari luar, orang yang menganut Quiet Luxury sering kali terlihat seperti orang biasa. Nggak ada tas bermerek besar, jam tangan mencolok, atau outfit yang kelihatan ‘mahal’. Tapi kalau kamu paham fashion atau lifestyle, kamu bakal langsung ngeh kalau yang dipakai itu bukan barang sembarangan.

Merek-merek yang populer di kalangan “quiet luxury” ini biasanya nggak terlalu aktif iklan atau endorse seleb. Sebut saja Loro Piana, The Row, Brunello Cucinelli, atau Bottega Veneta. Mereka fokus pada craftsmanship dan material premium. Desainnya simpel, clean, dan biasanya timeless. Bahkan setelah 10 tahun, barangnya masih kelihatan elegan.

Kenapa Tren Ini Naik Daun?

Ada beberapa alasan kenapa Quiet Luxury makin populer, terutama setelah pandemi.

Pertama, orang mulai menghargai kualitas dan kenyamanan lebih dari sekadar tampil. Gaya hidup minimalis dan mindful pun makin digemari. Kita nggak lagi pengen beli sesuatu cuma karena orang lain punya. Kita pengen sesuatu yang memang “kita banget”.

Kedua, ada semacam backlash terhadap budaya flexing di media sosial. Setelah bertahun-tahun dibombardir dengan konten pamer harta, orang-orang mulai muak. Quiet Luxury jadi semacam anti-tesis dari budaya itu—lebih lowkey, tapi tetap classy.

Ketiga, ada faktor psikologis juga. Memakai barang mewah tanpa logo itu memberikan rasa percaya diri yang beda. Seolah kita bilang, “Aku tahu aku keren, dan aku nggak perlu validasi dari siapa-siapa.”

Nggak Harus Kaya Raya, Tapi Harus Punya Selera

Meski identik dengan orang super tajir, sebenarnya semangat Quiet Luxury bisa ditiru siapa pun. Kuncinya ada di taste. Pilih barang yang berkualitas, punya desain sederhana, dan tahan lama. Nggak perlu beli jaket Rp30 juta, tapi pilihlah jaket yang potongannya pas, bahannya nyaman, dan bisa kamu pakai bertahun-tahun.

Selain fashion, Quiet Luxury juga bisa diterapkan di gaya hidup secara keseluruhan. Misalnya, memilih makan di restoran kecil tapi punya chef hebat, liburan ke tempat yang tenang dan tersembunyi, atau punya rumah dengan desain simpel tapi hangat dan fungsional.

Gaya yang Nggak Lekang oleh Waktu

Satu hal yang bikin Quiet Luxury menarik adalah sifatnya yang evergreen. Gaya ini nggak terjebak tren musiman. Jadi, barang-barang yang kamu beli hari ini masih relevan lima atau sepuluh tahun ke depan. Beda sama tren cepat yang harus diganti tiap tiga bulan sekali.

Dan mungkin inilah esensi sejati dari kemewahan: punya sesuatu yang berkualitas tinggi, bisa dinikmati lama, dan nggak perlu diumbar-umbar.

Penutup: Luxury is Not Loud

Jadi, kalau kamu melihat seseorang berpakaian simpel tapi tetap berkelas, jangan langsung menilai dari luarnya. Bisa jadi, dia sedang menjalani Quiet Luxury: gaya hidup mewah yang nggak terlihat mata biasa, tapi terasa banget buat yang menjalaninya.

Karena pada akhirnya, kemewahan sejati bukan soal seberapa besar logo di bajumu, tapi seberapa nyaman kamu menjalani hidupmu.